INTERMEDIATE TRAINING



MAKALAH
INTERMEDIATE TRAINING (LATIHAN KADER)

DEGRADASI PERAN ULAMA DALAM MENERAPKAN PRINSIP KEPEMIMPINAN RASULULLAH
`

OLEH
NAMA                        : SITI AMINAH
ASAL CABANG       : CABANG MATARAM




KATA PENGANTAR


Pertama-tama kami panjatkan puja & puji syukur atas rahmat & ridho Allah SWT. karena tanpa rahmat & ridho-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Sekretaris Umum Kom. FIISI IAIN Mataram Kanda Sahwan yang sudah membantu saya terkait proses pembuatan makalah ini. Saya juga mengucapkan kepada teman-teman saya yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini.
            Dalam makalah ini saya menjelaskan tentang “”. Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum saya ketahui. Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun Kanda Yunda demi tercapainya makalah yang sempurna.


Mataram,  21 Januari 2016

Penulis


DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................
Kata Pengantar .......................................................................................................... i
Daftar Isi .................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................  1
A.    Latar Belakang ............................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah .......................................................................................  1
C.     Tujuan .........................................................................................................  2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 3
1.      Pengertian Kepemimpinan........................................................................... 3
2.      Sistem Kepemimpinan Rasululah................................................................. 4
3.      Kepemimpinan Para Ulama di Indonesia..................................................... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 12
A.    Kesimpulan................................................................................................. 12
B.     Saran ........................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Muhammad adalah Rasul utusan-Nya. Beliau dianugrahi hal-hal terpuji, memiliki berbagai keutamaan, memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan ditangannya, membawa risalah kenabian, membawa kabar gembira, memujji-Nya dalam firman-Nya, mengibarkan bendera kemulian, serta menjadi penerang bagi umat manusia di tengah kegelapan yang panjang. Ia datang untuk menyempurnakan eksistensi kitab-kitan terdahulu. Ia juga mampu merubah umatnya yang terkenal sebagai umat yang terkenal keras kepala, sangat mendustakan kebenaran, terlena dengan kekuasaan, kini menjadi umat yang punya harga diri, dan rela meninggalkan semua ke-fanatikan mereka terhadap adat untuk tunduk dan patuh kepada sang revolusioner sejati, sang cahaya yang sanggup menerangi kegelapan seluruh jagad raya pada masa itu.
Pribadi seperti sosok Muhammad ini tak ada dua-nya diciptakan oleh sang Ilahi, ia adalah seorang yang ma’shum. Setiap dosa baik yang belum maupun telah dilakukannya senantiasa dihapus oleh allah swt. Sehingga dengan kesucian hati itulah yang pada akhirnya mampu menghantarkan beliau untuk memimpin terbinanya masyarakat yang berasakan keislaman, semata-mata berpedoman pada ketentuan-Nya, sehingga mampu mewujudkan masyarakat madani atau  yang biasa dikenal dengan Baldatun toyyibatu wa rabbun gofur.
B.            Rumusan masalah
4.      Apa Pengertian Kepemimpinan ?
5.      Bagaimana Sistem Kepemimpinan Rasululah ?
6.      Bagaimana Kepemimpinan Para Ulama di Indonesia ?

C.     Tujuan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka perlu untuk dilakukan kajian-kajian atau pembahasan tentang masalah yang terkait dengan “” dengan tujuan :
1.      Dapat mengetahui Pengertian Kepemimpinan
2.      Dapat menetahui Sistem Kepemimpinan Rasululah
3.      Dapat Mengetahui Kepemimpinan Para Ulama di Indonesia


BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian Kepemimpinan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kepemimpinan diartikan sebagai perihal pemimpin; cara memimpin. Sedangkan kata pemimpin adalah orang yang memimpin. Artinya bahwa kepemimpinan adalah strategi yang di pakai oleh seorang pemimpin untuk dapat memimpin.
Sedangkan menurut para ahli bahwa :[1]
1.             George R. Terry : Pengertian Kepemimpinan menurut George R. Terry adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi.
2.             Stoner: Menurut Stoner, pengertian kepemimpinan adalah suatu proses mengenai pengarahan dan usaha untuk mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan anggota kelompok..
3.             Jacobs dan Jacques: Pengertian kepemimpinan menurut Jacobs dan Jacques adalah sebuah proses memberi arti terhadap usaha kolektif, dan mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran.
4.             Wahjosumidjo :Pengertian kepemimpinan menurut Wahjosumidjo adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti: kepribadian (personality), kemampuan (ability), dan kesanggupan (capability), kepemimpinan sebagai rangkaian kegiatan (activity) pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan adalah proses antarhubungan atau interaksi antara pemimpin, pengikut dan situasi. 
5.             Sutarto: Menurut Sutarto, pengertian kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain adalah situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 
6.             S.P.Siagian: Pengertian kepemimpinan menurut S.P.Siagian adalah kemampuan dan keterampilan seseorang untuk menduduki jabatan sebagai pimpinan dalam suatu pekerjaan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya supaya berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku positif ini memberikan sumbangna nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.
7.             Moejiono : Pengertian kepemimpinan dimana menurut moejiono bahwa kepemimpinan adalah sebagai akibat penagaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. 
B.            Sistem Kepemimpinan Rasululah
1.             Biografi Rasulullah
Muhammad dilahirkan dari rahim seorang perempuan yang bernama Siti Aminah. Ayah beliau benama Abdullah bin Abdul Muthalib. Beliau dilahirkan pada tanggal 12 Rabi-ul Awwal tahun gajah. Namun, menurut seorang ulama besar al-marhum Mahmud basya al-Falaki, beliau lahir pada tanggal 17 Rabi’ul Awwal 571 Masehi.[2] Ia lahir di negeri nan barokah dan memiliki banyak keutamaan yaitu Makkah al-Mukarramah. Beliau adalah keturunan moyangnya nabi Ibrahim, dn pembawa kabar gembira yang diisyaratkan oleh Isa. Beliau adalah putera dari keturunan bani Hasyim Suku Quraisy. Suku yang paling mulia dan pada saat itu adalah pemegang tampuk kekuasaan di Makkah.
Muhammad kecil tumbuh dalam lingkaran keimanan. Allah senantiasa menjaganya dari noda-noda jahiliyah. Sedari kecil, sudah tampaklah akhlaknya yang baik, sifat santun yang menonjol, ucapan lemah lembut dan benar, serta kejujuran yang paling agung. Ia tinggal di lingkungan para sahabat yang sekufu dengannya. Hidup berkecukupan, dan tak pernah merasa kekurangan. Meski hidup ditengah manusia yang menyemba berhala, tak pernah terbesit dalam atinya untuk melakukan hal serupa. Ia tak pernah mau bersujud pada berhala-berhala tersebut. Selain itu, ia tidak tergerak hatinya walaupun sebesar biji dzarrah pun untuk mengikuti adat-tradisi keluarganya yang menyimpang dan sesat tersebut.
2.      Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Rasulullah
a.             Menjalin Pergaulan yang Baik
Manusia adalah makhluk sosial atau “zoon politicon” yang selalu membutuhkan orang lain baik untuk berinteraksi maupun untuk pemenuhan kebutuhannya. Tak terkecuali untuk sang Baginda, karena selaku pemimpin baik untuk Negara ataupun agama ia dituntut untuk mampu menjaga sendi ukhuwah Islamiyah. Hal ini ditegaskan pula oleh Allah dalam firman-Nya :
إِخْوَةٌ لْمُؤْمِنُونَنَّمَا ا
sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara”
Rasulullah juga menegaskan dalam sabdanya :
ى بِوَالْحُالسَّهَرِ الْجَسَدِ سَائِرُ تَدَاعَى عُضْوٌ مِنْهُ اشْتَكَى إِذَا الْجَسَدِ،  مَثَلُ وَتَرَاحُمِهِمْ،  وَتَعَاطُفِهِمْ،  تَوَادِّهِمْ، فِي لْمُؤْمِنِينَ مَثَلُ
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling berkasih sayang diantara mereka adalah seperti perumpamaan sebatang tubuh yang salah satu anggotanya-anggota yang lainnya ikut merasa demam maka anggota-anggota yang lainnya ikut merasa demam dan bergadang”.
b.             Menegakkan keadilan, membasmi kebatilan, dan melindungi hak-hak manusia.
Menegakkan suatu keadilan, menciptakan kesejahteraan, meningkatkan taraf hidup rakyat, meningkatkan pendidikan, menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, dan lain sebagainya adalah hal-hal yang sudah seharusnya dipikrkan kemudian direalisasikan ole pemerintah. Oleh karena itu, pantaslah jika Rasulullah saw. sangat gencar membrantas pelaku praktik suap dan pelaku pengkhianatan terhadap Negara, karena dapat merusak tatanan hukum dan memporak-porandakan administrasi pemerintahan.
c.             Prinsip Khilafah
Prinsip ini menuntut kesadaran seorang khalifah untuk dapat memposisikan dirinya sebagai manusia yang menerima mandate dari Allah sebagai penegak kemaslahatan bagi seluruh alam semesta (rahmatan lil alamin).
Kepemimpinan bukanlah suatu tujuan untuk menikmati suatu hasil dari jabatan tersebut untuk kemudian dinikmati secara pribadi dan bersama kerabat terdekat, melainkan suatu perantara untuk kemudian mampu memberikan kenikmatan kepada semua lini kehidupan masyarakat.
Kesalehan seorang pemimpin sangat erat kaitannya dengan pembenahan dan perbaikan tatanan pemerintahan. Pasalnya, dengan kejernihan hati dan pikiran yang melekat pada diri seorang pemimpin tersebut, sebagai pengemban amanah yang ditugasi untuk menetapkan hukum berdasarkan manhaj (system) Allah swt dan menegakkan keadilan, menghidupkan musyawarah, serta mewujudkan kebebasan.[3]
d.            Prinsip Amanah
Sifat amanah adalah sifat yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin. Jabatan sorang pemimpin, bukanlah apa yang dapat diraih dari nya, melainkan bagaimana cara untuk dapat duduk diposisi tersebut.
Kepemimpinan adalah suatu amanah, meraihnya pun harus dengan cara yang benar, jujur, tidak melanggar hukum, sehingga segala kebijakan yang ia tetapkan akan terealisasi dengan baik dan benar.
Rasulullah adalah sosok yang sangat berintegritas dalam kejujuran. Hal ini dibuktikan oleh kalangan orang-orang yang semula antipati dan memerangi beliau, satu demi satu, baik secara sukarela maupun terpaksa, misalnya Khalid bin Walid, Amru bin Ash, dan Umar bin Khattab sama sekali tidak meragukan kejujuran dan kebenaran Muhammad.[4]

e.             Prinsip keadilan
Kepemimpinan yang diterapkan oleh Rasulullah senantiasa menjunjung nilai-nilai keadilan. Pasalnya, beliau memperlakukan sama terhadap mereka para sahabat ataupun kaum Yahudi dan Arab yang tidak seidiologi dengan mereka..
Dalam aspek Ekonomi, Nabi menerapkan ajaran egalitarianism, yakni pemerataan kesempatan ekonomi kepada seluruh masyarakat.[5] Selain itu, hal yang menjadi focus pembangunan Rasulullah adalah menegakkan Supremasi Peradilan. Dalam hukum, semua masyarakat mendapat hak yang sama. Mereka duduk sama rendah dan berdiri pun sama tinggi. Tidak ada satupun yang diistimemawakan dalam hukum. Siapapun yang melakukan tindak pidana wajib dihukum.
Ketika keadilan telah mampu ditegakkan, para rakyat akan hidup berdampingan dengan baik, maka akan menghantarkan Negara tersebut menuju peradaban baru. Begitu pula sebaliknya, ketika keadilan tidak ditegakkan maka kehancuran dan degradasi moral akan menyelimuti seluruh tatanan masyrakat tersebut.
f.              Prinsip keterbukaan (Inklusifisme)
Prinsip keterbukaan adalah kerendahan hati seorang pemimpin untuk tidak selalu menganggap dirinya menjadi yang paling baik. Ia harus terbuka terhadap seluruh kritikan dari berbagai pihak. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada suatu pihak yang merasa dirugikan. Pemimpin dituntut untuk memiliki keberanian dan kesabaran yang tinggi, ketika mendengarkan keluh kesah permasalahan para rakyatnya.
Seperti halnya yang terjadi pada sang Baginda. Umar bin Khattab kerapkali mengkritik Rasulullah. Namun, Umar tak pernah dianggap rival, makar (bughat), antikemapanan (contra-establishment), meskipun berbagai kemapanan disampaikan kepada beliau.[6]
g.             Prinsip Musyawarah
Di negera barunya, negeri Madinah, Rasulullah saw memegang 2 peranan penting. Yaitu selaku pemimpin agama yang bersandar pada kenabian-Nya dan rangkap pula menjadi pemimpin dalam masyarakat umum.
Hubungan antara umat Islam dengan beliau merupakan hubungan antara pemeluk agama yang beriman dengan ketaatan serta loyalitas yang utuh dan seorang pemimpin pembawa kebenaran yang mutlak dengan wahyu Ilahi sebagai sumber dan rujukan, dan yang bertanggung jawab hanya kepada Tuhan.[7]
Hal ini tentu sangat berimplikasi terhadap seberapa besar kebijakan pemerintahan yang terapkan oleh pemerintah dengan keterlibatan masyarakat. Karena yang lebih tahu persoalan yang terjadi dalam masyarakat sendiri adalah masyarakat.
C.            Kepemimpinan Para Ulama di Indonesia
Menurut Aristoteles, yang dikutip oleh Suyuti Pulungan menyebutkan bahwa ada beberapa kemungkinan pemegang kekuasaan tertinggi dalam Negara, yaitu :[8] Kekuasaan tertinggi dalam Negara berada di tangan beberapa orang, kekuasaan tertinggi dalam Negara berada dalam kekuasaan beberapa orang, atau kekuasaan tertinggi dalam Negara berada ditangan banyak orang.
Terlepas dari kekuasaan tertinggi tersebut, tentulah akan nada beberapa orang yang akan membantu dalam mensukseskan berbagai kebijakan yang di terapkan oleh pemimpin tersebut. Indonesia adalah Negara dengan mayoritas beragam Islam. Sehingga yang sangat memegang peranan penting adalah para pejabat Negara dan para ulama. Hal ini telah disabdakan oleh Rasulnya :


“Ada 2 kelompok manusia yang apabila keduanya baik, maka baik pulalah manusianya, apabila keduanya buruk, maka buruk pulalah manusianya (masyarakatnya), yaitu umara’ dan ulama.”
Jika kita menapak tilas pada ulama masa lalu, maka akan tampaklah kemunduran yang terjadi dikalangan ulama masa kini. Di tengah masyarakat tradisional dan budaya masyarakat penganut thariqat, ulama sangat dihormati. Bustanuddin Agus mengatakan bahwa dikalangan modernis, ulama Paderi misalnya disegani karena melancarkan gerakan amar ma’ruf nahi mungkar secara radikal. Ulama angkatan Inyik Jambek, Inyik Parabek, Inyik Candung, Inyik De Er, Dr. H. Abdullah Ahmad, cukup disegani dengan kelompok pengajian dan madrasah yang mereka asuh ramai di kunjungi oleh penuntut ilmu agama, tidak saja di Sumatra barat, tetapi di luar daerah.[9]
Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa pada angkatan berikutnya, seperti Bapak Mohd. Natsir dan HMD Datuk Palimo Kuyo, masih menjadi tokoh yang disegani baik di dalam maupun luar negeri. Namun, untuk masa kedepannya kiat menurun, kesuksesan para ulama untuk memerankan posisi khalifah fil ard, sebagai ahli waris para Nabi tak secemerlang para ulama sebelum masa mereka.
Kini kita semua melihat bencana kian marak terjadi di berbagai tempat di belahan bumi Indonesia, berbagai kasuss kriminalitas semakin menambah kuantitasnya, misalnya peredaran narkoba, pencurian, pemerkosaan, tawuran antar anak sekolah, bahkan bencana banjir bandang yang menimpa para saudara kita di Bima dalam kurun waktu yang dekat ini di sebut sebut sebagai azab oleh sebagian orang. Karena memang benar, eksistensi para ulam kita semakin tenggelam dan tidak memunculkan dirinya.
Lebih jauh jika kita menganalisis fenomena yang terjadi dalam masyarakat, kita akan sampai pada kesimpulan bahwa telah terjadi pemisahaan antara agama dan kekuasaan. Hal ini dibuktikan dengan baanyaknya para penguasa muslim yang terjerat kasus korupsi. Telah jelas dalam agama disebutkan bahwa “Sholat akan mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar”, namun ayat ini mungkin tinggal teks saja bagi mereka, tidak di korelasikan dan di ilhami dalam kehidupan mereka sebagai penguasa.
Selain itu, dilihat dari fakta sejarah, sampai pada masa orde baru, Pemerintah masih membatasi ruang gerak masyarakat, penindasan hak-hak asasi manusia kian merebak. Misalnya pada kasus yang terjadi di masa Orde Baru. Kasus pemberedalan lembaga pers, seperti AJI, DETIK, dan TEMPO.[10]
Tentu hal ini merupakan suatu bentuk fragmentasi kehidupan dengan mengekang para lembaga pers yang pada hakikatnya menjadi bagian dari social control dalam menganalisa berbagai kebijakan yang diterapkan oleh penguasa. Sehingga, apa yang terjadi di bumi pertiwi kita ini tentu sangat bertentangan dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam memimpin Negara Madinah.


BAB III
PENUTUP


A.           Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan makalah di atas adalah bahwa kepemimpinan adalah strategi seorang pemimpin untuk memimpin. Rasulullah adalah suri tauladan dengan sejumlah prinsip yang ia terapkan, diantaranya : Menjalin Pergaulan yang Baik, Prinsip Musyawarah, Prinsip keterbukaan (Inklusifisme), Prinsip keadilan, Menegakkan keadilan, membasmi kebatilan, dan melindungi hak-hak manusia. Kepemimpinan pada masa sekarang tidak lagi mencerminkan prinsip keislaman, eksistensi para ulama yang menjadi suri tauladan umat juga kian merosot.
B.            Saran
Penulis berharap kepada pembaca pada umumnya, dan penulis khususnya agar dapat meneladani dan mengilhami prinsip-prinsip kepemimpinan yang diterapkan oleh Rasulullah dalam membangun Negara Madinah.


DAFTAR PUSTAKA

Al Maula Bik , Muhammad Ahmad Jad. 2004. Muhammad SAW. Insan Teladan. Rembang : Pustaka Anisah.
Durrah, Ahmad. Muhammad, as-Sayyid Yusuf. 2009. Pustaka Pengetahuan Al-qur’an. Jakarta : Rehal Publika.
Al-Mishri, Abdurrahman. 2008. Air Mata Nabi.  Jakarta : Amzah.
Antonio, Muhammad Syafi’I. 2011. Ensiklopedia  Leadership dan Manajemen Muhammad SAW “The Super Leader Super Manager”. Jakarta : Tazkia.
Saebani, Beni Ahmad. 2008. Fiqh Siyasah.  Bandung : Pustaka Setia.
Pulungan ,Suyuti. 2002. Fiqh Siyasah. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Agus, Bustanuddin . 2007. Islam Dan Pembangunan.  Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Azra, Azyumardi. 2003. Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Masyarakat Madani. Jakarta : Prenada Media.




[1] http://www.artikelsiana.com/2015/08/pengertian-kepemimpinan-fungsi-sejarah.html
[2] Muhammad, Ahmad Jad Al Maula Bik. Muhammad SAW. Insan Teladan. ( Rembang : Pustaka Anisah, 2004). Hal. 6
[3] Durrah, Ahmad. Muhammad, as-Sayyid Yusuf. Pustaka Pengetahuan Al-qur’an. (Jakarta : Rehal Publika, 2009) hal. 17
[4] Abdurrahman, Al-Mishri. Air Mata Nabi. ( Jakarta : Amzah, 2008) hal. 63
[5] Muhammad, Syafi’I Antonio. Ensiklopedia  Leadership dan Manajemen Muhammad SAW “The Super Leader Super Manager”. (Jakarta : Tazkia, 2011) hal. 14
[6] Muhammad, Syafi’I Antonio. Ensiklopedia Leadership
[7] Beni, Ahmad Saebani. Fiqh Siyasah. ( Bandung : Pustaka Setia,2008) hal. 195
[8] Suyuti, Pulungan. Fiqh Siyasah.  (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002) hal. 267
[9] Bustanuddin, Agus. Islam Dan Pembangunan. ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007) hal. s52-53
[10] Azyumardi, Azra. Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Masyarakat Madani. ( Jakarta : Prenada Media, 2003) hal. 257

Komentar

Postingan populer dari blog ini

hadits tentang kepedulian sosial dan peduli lingkungan

Makalah PENGERTIAN QAWA’ID FIQHIYAH DAN PERBEDAAN QAWA’ID FIQHIYAH DENGAN DHAWABITH FIQHIYAH DAN NAZHARIYYAH FIQHIYAH

Makalah Teori Penelitian Agama