Makalah tentang Ayat Makkiyah dan Madaniyyah
A.
Latar
Belakang
Sebagai
teks bahasa, Al-qur’an tidak dapat disebut sebagai teks sentral dalam sejarah
peradaban Arab. Bukan bermaksud menyederhanakan jika dikatakan bahwa peradaban
Arab-Islam adalah “peradaban teks”. Artinya, bahwa dasar-dasar I,mu dan dan
budaya Arab-Islam tumbuh dan berdiri tegak diatas landasan dimana “teks”
sebagai pusatnya tidak dapat diabaikan. Ini tidak berarti bahwa yang membangun
peradaban hanya teks semata. Sebab, teks apapun tidak dapat membangun
peradaban dan tidak pula mampu
memancangkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Peradaban dan kebudayaan dibangun
oleh dialektika manusia dengan realitas disatu pihak, dan dialognya dengan teks
dipihak lain. Peradaban dibentuk oleh interaksi dan dialektika manusia dengan
realitas dengan segala struktur yang membentuknya : ekonomi, sosial, politik,
dan budaya. Dalam peradaban kita, Al-qur’an memiliki peran budaya yang tak
dapat diabaikan dalam membentuk wajah peradaban dan dalam menentukan sifat dan
watak ilmu-ilmu yang berkembang didalamnya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Makkiyah dan Madaniyyah ?
2. Bagaimana
kriteria gaya bahasa Makkiyyah dan Madaniyyah ?
C. Tujuan
1. Dapat
mengetahui pengertian Makkiyyah dan Madaniah.
2. Dapat
mengetahui kriteria gaya bahasa Makkiyyah dan Madaniyyah.
3. Dapat
mengetahui urgensi mempelajari dan mengetahui Makkiyyah dan Madaniyyah.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Makkiyyah dan Madaniyyah
Ada 4 hal dalam pemaknaan Makiyyah
dan Madaniyyah, yakni masalah ruang, waktu, subjek, dan konten.
1.
Menurut
orang-orang yang mengacu pada ruang, yaitu
a.
Makkiyyah ialah
surah-surah dan atau ayat-ayat Al-qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw. ketika sedang berada di Makkah atau sekitarnya, baik sebelum beliau
berhijrah ke Madinah atau sesudahnya, termasuk kedalam kategori ini adalah
ayat-ayat yang diturunkan ketika Nabi sedang berada di Mina, Arafah,
Hudaibiyah, dan sebagainya.
b.
Madaniyyah ialah
surah-surah atau ayat-ayat Al-qur’an yang diturunkan di Madinahdan daerah
sekitarnya.
2.
Menurut
orang-orang yang mengacu pada periode waktu, yaitu :
a.
Makiyyah adalah
surah-surah dan atau ayat-ayat Al-qur’an yang di turunkan sebelum nabi Muhammad
saw berhijrah dari mekkah ke madinah meski ayat” itu di turunkan di luar kota
mekah.
b.
Madaniyyah
adalah ayat-ayat al-qur’an yang di turunkan setelah nabi Muhammad saw
setelah nabi berhijrah ke Madinah meski
turunnya di Makkah atau daerah-daerah lainnya.
3.
Menurut sebagian
ulama yang mengacu kepada subjek, yaitu :
a.
Makiyyah ialah
surah-surah dan atau ayat-ayat yang ditujukan kepada penduduk Mekah. Ayat-ayat
itu umumnya dimulai dengan lafal : “Ya
ayyuha al-nas”, “Ya ayyuha al-kafirun”, “Ya bani adam”. Diawalinya
ayat-ayat Makiyyah dengan lafal-lafal tersebut adalah karena kebanyakan dari
penduduk Makkah saat itu terdiri dari orang-orang kafir dan musyrik, meski
penduduk lain yang kafir dan musyrik juga termasuk didalamnya.
b.
Madaniyyah
adalah ayat-ayat Al-qur’an yang ditujukan kepada penduduk Madinah. Ayat-ayat
tersebut biasanya diawali dengan lafal : “Ya
ayyuha al-ladzina amanu”. Diawali dengan lafal yang demikian itu karena
mayoritas penduduk dari orang-orang beriman, meski juga penduduk-penduduk
lainnya ikut di-khitab atau terpanggil dalam ayat tersebut.
4.
Menurut
sebangian ulama yang berpijak pada
konten, yaitu:
a.
Makkiyah adalah
surat-surat dan atau ayat-ayat al-quran yang menampilkan cerita-cerita mengenai
para nabi dan umat-umat terdahulu, baik menyangkut kejayaan maupun
kehancuran(khususnya bangi umat-umat itu).
b.
Madaniyyah ialah
surah suroh dan atau ayat-ayat yang memuat mengenai berbangai ketentuan
hukum seperti hudud,fara’idl dan lain
sebangainya.
B.
Kriteria
Gaya Bahasa
Ada 2 karakteristik gaya bahasa yang dapat kita membedakan antara
yang Makkiyyah dan Madaniyyah. Salah satu dari karakter tersebut di sebutkan
Ibnu Khaldun ketika berbicara tentang wahyu. Ia menyebutkan bahwa ayat –ayat
Madanyyah lebih panjang apabila di bandingkan dengan ayat-ayat Makkiyyah.
“Oleh
karena itu,Al-qur’an beserta surat-surat dan ayat-ayatnya yang turun secara
bertahap di Makkah lebih pendek dari pada yang di turunkan ketika di Madina.
Perhatikanlah riwayat mengenai turunya Surah Bara’ah (Taubat)ketika Perang
Tabuk. Surat ini di turunkan seluruhnya atau kebanyakannya kepada Muhammad
ketika beliau berada di atas unta.
Padahal, sewaktu di Mekkah,yang di turunkan kepadanya hanya sebagian
surat dari surat-surat pendek pada suatu waktu dan sebaian lainya di waktudlain.
Demikian pula ayat terakhir yang di turunkan di Madinah adalah tentang utang
piutang( ayat ad-dain),sebuah ayat yang panjang apabila di bandingkan dengan ayat- ayat –ayat yang turun di Makkah,
seperti ayat-ayat dalam surat Ar-Rahman, Adz-Dzariya, Al-Muddatsir, Ad-Duha,
Al- falaq, dan semacamnya. Jadianlah perbedaan ini sebgai karakteristik yang
membedakan antara surah atau ayat yang Makkiyyah dan Madaniyyah.
C.
Metode
Sinkretisme Diantara Riwayat
Kita tidak menemukan ulama Al-qur’an yang
berani menolak pendapat mengenai masalah Makki dan Madani, atau masalah-masalah
yang berkaitan dengan asbab an-nuzul sebab masing-masing pendapat memiliki
kehormatan dan masing-masing riwayat memiliki legitimasi dan legalitasnya
selama riwayat tersebut valid sesuai dengan metode kritik eksternal, kritik
sanad, dan kejujuran perawinya terbukti. Apabila riwayat-riwayat tersebut
sama-sama validnya maka yang paling di utamakan adalah riwayat yang perawinya
mengetahui langsung peristiwanya, atau hal-hal lain yang dapat menguatkan
pertimbangan, contoh yang perbincangkan disini adalah ayat
“
Mereka akan bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, roh termasuk masalah Tuhanku.
Dan ilmu yang diberikan kapada kalian hanyalah sedikit sekali.”
Meskipun ayat tersebut disepakat sebagai
ayat Makkiyyah, namun al-Bukhari menjadikan ayat tersebut sebagai ayat Madaniyyah
dengan merujuk pada riwayat ibnu Mas’ud. Riwayat ini bertentangan dengan
riwayat ibnu Abbas yang menjadikan ayat tersebut Makkiyyah, yaitu riwayat yang
diriwayatkan at-Turmudzi. Kedua riwayat tersebut adalah :
“Ia
berkata:’saya berjalan bersma Nabi Saw diMadinah. Beliau berjalan dengan
menggunakan pelepah kurma. Kemudian beliau melewati sekelompok orang Yahudi.
Diantara mereka ada yang mengatakan : bagaimana kalau kita bertanya kapadanya? mereka
berkata : ceritakanlah kapada kami tentang roh. Beliau berdiri sejenak dan
menegedahkan kepalanya. Saya tau bahwa beliau sedang diberikan wahyu, sampai
wahyu selesai, kemudian beliau berkata : katakanlah, roh termasuk masalah Tuhanku,
dan ilmu yang diberikan kepada kalian hanyalah sedikit.’’
“At-Turmuzi meriwayatkan, dan riwayat
ini ia katakan Shahih dari ibnu Abbas,ia berkata : tanyakanlah kepadanya
mengenai roh.mereka kemudian bertanya kepadanya,kemudian Allah
menurunkan:dan,dan mereka kemudian bertanya kepadanya tentang roh…dan
seterusnya.ini berarti ayat tersebut diturunkan di makah,sementara riwayat
pertama kebalikannya ( diturunkan di madinah).’’
Apabila
As-Suyuthi memilih riwayat Ibnu Mas’ud atas dasar bahawa ia menjadi saksi
langsung atas peristiwa tersebut maka az-Zarkasyi meletakkan ayat-ayat ini
sebagai “ayat-ayat yang diturunkan dua
kali”.
“Terkadang,
suatu ayat turun dua kali. Ini sebagai penghormatan (ta’zhim) dan peringatan
(tadzkir) manakala muncul alasan untuk itu agar tidak terlupakan. Sebagaimana
yang dikatakan ini terjadi pada surat Al-Fatihah, diturunkan 2 kali, sekali di
Makkah, dan kali lain di Madinah.Demikian pula yang diriwayatkan mengenai Qul
huwa Allahu Ahad, sebagai jawaban atas kaum musyrikin Makkah, dan sebagai
jawaban atas ahli kitab di Madinah. Ini terjadi karena terkadang muncul sebuah
pernyataan atau peristiwa yang menghendaki suat ayat, sementara sebelumnya
telah turun ayat yang berkaitan dengan peristiwa tersebut, maka ayat itu
sendiri bagi mereka, bahwa ayat tersebut memuat perstiwa trsebut. Terkadang
seorang cendikia mengalami banyak peristiwa, kemudian dia teringat akan
hadits-hadits dan ayat-ayat mengandung pesan yang berkaitan peristiwa namun ia
hafal teksnya.
D.
Klasifikasi
Ayat-Ayat dan Surah-surah Al-Qur’an
Para ulama berbeda pendapat dalam
menetapkan jumlah masing-masing kelompoknya. Sebagian ulama ada yang
berpendapat bahwa jumlah surah Makkiyyah adalah 94 surah, sedangkan surah
Madaniyyah berjumlah 20 surah. Sebagiannya lagi ada yang mengatakan, jumlah surat sebanyak 80 surah dan Madaniyyah adalah 30
surat. Atas dasar itulah, maka surah-surah dalam Al-qur’an dapat
diklasifikasikan mejadi 4, yaitu :
1. Pertama,
surah-surah yang keseluruhan ayat-ayatnya Makkiyyah, tidak terdapat didalamnya
satupun dari ayat Madaniyyah. Surat-surat yang termasuk kategori ini berjumlah
58 surah, yaitu : surah Al-fatihah, Yunus, ar-Raad, al-Anbiya, al-Mu’minun, al-
Naml. Shad, Fatir, dan surah-surah dalam juz amma mulai dari surah An-Naba
sampai dengan surah al-Nas.
2. Kedua,
surat-surat yang keseluruhan ayat-ayatnya Madaniyyah, yang tidak terdapat
didalamnya ayat-ayat Makkiyyah. Surat-surat yang berstatus Madaniyyah adalah
sebanyak 18 surah, yaitu : Ali-Imran, An-Nisa, An-Nur, Al-Ahzab, Al-Hujurat,
Al-Mumtahanah, Al-Munafiqun.
3. Ketiga,surah-surah
Makkiyyah tetapi didalamnya terdapat
ayat Madaniyyah,yaitu surah-surah yang sebagian besar ayat-ayatnya adalah
makkiyyah, sehingga berstatus sebagai surah makkiyyahh namun didalamnya dapat
dijumpai satu atau dua ayat yang dinisbatkan kepada Madaniyyah. Surah-surah
yang termasuk kedalam kategori ini lebih kurang berjumlah tigapuluh dua
surah,antara lain: surah al-An’am, surah al-A’raf, surat Hud, surah Yusuf, surah
Ibrahim, surah al-furqan, surah al-Zumar, surah al-Syura, surah al-Waqi’ah, dan
lain-lain.
4. Keempat,
surah-surah Madiniyyah didalamnya ada ayat Makkiyyah: yaitu surah-surah yang
kebanyakan ayat-ayatnya berstatus Madaniyyah tetapi didalamnya terdapat satu
atau dua ayat yang dinisbatkan kepada Makkiyyah. Didalam al-Qur’an, surah-surah
yang terindikasi demikian ada enam surah: yaitu al-Baqarah, surah al-Maidah, surah
al-Anfal, surah al-Taubah, surah al-Hajj, dan surah Muhammad. Surah yang
disebutkan terakhir ini juga dinamakan surah al-Qital.
Terkait dengan klasifikasi ayat-ayat dan surah-surah al-Qur’an itu, dapat dikemukakan dasar-dasar
dilakukannya pengklasifikasian tersebut, sehingga tampak sebagai mana
dijelaskan diatas, dasar-dasar dimaksud adalah dapat disimak dalam dua hal
sebagai berikut yaitu:
a.
Dasar mayoritas,
yakni ;sesuatu surah bila kebanyakan ayat-ayatnya adalah Makkiyyah, maka dikategorikan atau disebut sebagai surah Makkiyyah.
Sebaliknya,bila kebanyakan dari surah itu ayat-ayatnya adalah madaniyyah, maka
surah tersebut termasuk kategori surah Madaniyyah.
b.
Dasar
kontinuitas, yakni dimana permulaan dari sesuatu surah diawali dengan ayat-ayat
Makkiyyah, maka surah-surah yang demikian dikategorikan sebagai surah
Makkiyyah. Begitu pula sebaliknya, bila awal dari suatu surah menampilkan
masalah-masalah hukum, maka ia disebut sebagai surah Madaniyyah
Landasan dari kedua dasar pemikiran tersebut
adalah riwayat dari Ibnu’Abbas yang
mengatakan sebagai berikut:
Bila
awal surat itu diturunkan di Makkah, maka dicatatlah ia sebagai surah Makkiyyah,
kemudian Allah menambakan dalam surat itu ayat-ayat yang dikehendakinya.
Selanjutnya untuk dapat mengetahui dan
menentukan ayat-ayat dan surah-surah Makkiyyah atau Madaniyyah para ulama
bersandar kepada dua cara,yaitu:
a.
Naqli al-sima’I (dinukilkan secara lisan). Cara ini
dilakukan melalui periwayatan dari salah seorang sahabat yang hidup pada saat
turunnya wahyu al-Qur’an dan disaksikannya ayat al-Qur’an itu diturunkan atau
dapat juga periwayatan itu dinukil dari
salah seorang tabi’in (generasi kedua setelah Nabi s.a.w) yang telah mendengar
dan menerima secara langsung dari sahabat bagaimana, dimana, dan kenapa serta
peristiwa apa yang berkaitan dengan turunnya wahyu itu.
b.
Qiyasi-Ijtihadi.
Cara ini didasarkan pada hasil pengamatan terhadap cici-ciri Makkiyyah dan Madaniyyah.
Apabila dalam surah Makkiyyah itu terdapat suatu ayat yang mengandung sifat
atau peristiwa Madaniyyah, maka dikatakanlah ia itu sebagai Madaniyyah
Sebaliknya, apabila dalam surah Madaniyyah itu dijumpai suatu ayat yang
mengandung sifat peristiwa Makkiyyah, maka ayat tadi dikatakan sebagai ayat Makkiyyah.
E. Ciri-ciri Khas
Ayat-ayat Makkiyyah dan Madaniyyah
1.
Karakter-karakter
surah Makkiyyah dari segi lafal. Diantara
karakter-karakter dari surah Makkiyyah dari segi lafalnya adalah:
a. Setiap surah yang didalamnya terdapat lafal”kalla”.
Lafal ”kalla” dikemukakan sebanyak 33 kali dalam 15 surah, yang sebagian dasar
berada pada surah–surah sebagai akhir dari
al-Qur’an. Ke-33 lafal”kalla” yang terkover dalam 15 surah itu adalah :
Q.S. Maryam : 79,82; Q.S. Al-mukminun : 100; Q.S. Al-Syu’ara : 15, 62; Q.S.
Saba’ : 27; Q.S.Al-Ma’arijb : 15,39; Q.S. Al-Muddatsir : 16, 32, 53, 54; Q.S.
Al-Qiyamah : 11,20,26; Q.S.Al-Naba :4,5; Q.S.Al-Abasa : 11,23; Q.S.Al-Infithar
: 9; Q.S.Al-Muthaffifin : 7,14,15,18; Q.S. Al-Fajr :17,21; Q.S. Al-Alaq :
6,15,19; Q.S. Al-Takatsur : 3,4,5; Q.S. Al-Humazah : 4.
b.
Setiap surah
yang didalammnya terdapat ayat-ayat sajdah.didalam al-Qur’an terdapat 15 ayat
sajdah yang tersebar pada 14 surah. Satu-satunya surah yang berada di dalamnya mengemukakan dua ayat sajdah
adalah surah al-Hajj. Ke-15 ayat Sajdah yang dimaksud adalah terdapat dalam :
Q.S. al-A’raf : 206; Q.S. ar-Ra’d : 15; Q.S. an-Nahl: 50; Q.S.al-Isra’: 109;
Q.S. Maryam: 58; Q.S. al-Hajj: 18,77; Q.S. al-Furqan:60; Q.S. an-Naml: 26; Q.S.al-Sajdah
:15; Q.S. Shad: 24; Q.S. Fushshilat: 38; Q.S. al-Najm: 62; Q.S. al-Insyiqaq:21;
dan Q.S. al-Alaq: 19.
c.
Setiap surah
yang memuat kata atau lafal : “Ya ayyuha a
l-nas, Ya ayyuha al-kafirun, Ya baniadam”, tidak memuat kata atau lafal “Ya
ayyuha al-ladzina amanu” kecuali pada surah al-Hajj: 77 yang berbunyi sebagai
berikut
Namun demikian sebagian
besar ulama’berpendapat bahwa ayat tersebut adalah Madaniyyah.
d. Setiap
surah yang dibuka dengan huruf-huruf Muqaththa’ah seperti Alif-lam-mim, Ha-mim,
kecuali surah al-Baqarah dan Ali-Imran, kedua surah yang dibuatkan terakhr ini
adalah surah Madaniyyah versi ijma;sedangkan surat al-Ra’d terjadi perbedaan pendapat
dikalangan para ulama.
e. Setiap
surah yang dibuka atau diawali dengan qasam(sumpah). Ke-15 surah itu adalah :
Q.S. al-Syaffat;Q.S. al-Dzariyat; Q.S. Thur; Q.S. al-Thur; Q.S. al-Najm; Q.S.
al-Mursalat;Q.S. al-Nazi’at; Q.S. al-Buruj; Q.S. at-Thariq; Q.S. al-Fajr; Q.S.
al-Syams; Q.S. al-Lail; Q.S. ad-Duha; Q.S. al-Tin; Q.S. al-‘Adiyat; dan Q.S.
al-Ashr.
2.
Karakter-karater
dari surah-surah Makkiyyah dari segi gaya bahasa, konten, dan tujuan-tujuannya
adalah sebagai berikut :
a. Ayat-ayat
dan surah-surahnya pendek-pendek dibarangi
dengan nada-nada yang keras, dan kuatnya pilihan diksi serta peristiwa
yang dihadirkan dalam kalimat.
b. Mengajak
kepada tauhid dan berbeda hanya kepada Allah, pembuktian
terhadap risalah kenabian, menginformasikan mengenai hari kiamat dengan segala
peristiwanya seperti: kebangkitan dan pembalasanya berupa neraka dengan segala
siksaan, surga dengan segala kesenangan dan kenikmatannya.
c. Penetapan
ketentuan-ketentuan umum bagi perundang-undangan baik dalam kaitannya dengan
ibadah maupun mu’amalah sebagai dasar terbentuknya suatu masyarakat.
d. Menanpilkan
rincian kisah-kisah para nabi dan umat-umat terdahulu, menjelaskan usaha dan
ajakan para Nabidan Rasul terdahulu, yang berupa akidah, sikap-sikap umat-umat
mereka, menjelaskan tentang azab-azab atau siksa didunia yang diturunkan kepada
para pendusta agama Allah sebagai balasan dan ganjaran bagi mereka.
e. Ayat-ayatnya
menampilkan kisah mengenai peristiwa Adam dan Iblis sebagai antisipasi bagi
manusia agar tidak tergoda dan terperdaya oleh tipu daya iblis terkutuk
tersebut.
Adapun karakter –karakter dari surat Madaniyyah
adalah dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Karakter-karakter
surat madaniyyah dari segi lafal adalah:
a. Setiap
surah yang ayat memuat lafal “Ya ayyuha al-ladzina amanu” dan tidak terdapat
lafal “Ya ayyuha al-nas”.
b. Surah-
surahnya umumnya menyinggung atau memuat
mengenai orang-orang munafik, dalam hal sifat-sifat dan
perbuatan-perbuatan mereka serta cara
–cara untuk menyikapinya.
c. Setiap
surah yang didalamnya menampilkan batasan-batasan mengenai masalah-masalah
hukum pidana,seperti; tindak pidana pencurian, perampokan, pembunuhan, penyerangan,
perzinaan, tuduhan melakukan zina, pemurtad dan lain-lain.
d. Kebanyakan
surah dan ayat-ayatnya panjang dan dengan gaya bahasa yang memantapkan syariat
serta menjelaskan tujuan dan sasarannya.
2. Karakter
–karakter surah adaniyyah dari segi gaya bahasa dan kontennya adalah sebagai
berikut:
a. Surah-surah
Madaniyyah pada umumnya berisi atau berbicara penetapan hukum-hukum syari’ah, ibadah,
mu’amalah, sanksi-sanksi dan kewajiban-kewajiban serta hukum jihad atau sosial
kemasyarakatan, dan lain sebagainya.
b. Surah-surah
Madaniyyah berbicara masalah orang-orang munafik dalam hal sifat merekan, dengan
menguak rahasia-rahasianya.
c. Surah-surah
Madaniyyah menanpilkan sosok orang-orang ahl al-Kitab, Yahudi-Nasrani, dengan
menjelaskan kekeliruan dan penyelewengan
mereka terhadap agama Allah yang mereka peluk dan kitab-kitab Allah yang mereka
ubah.
d. Surah-surah
Madaniyyah berisi mengenai hukum kemasyarakatan, kenegaraan, seperti
mengutamakan prinsip-prinsip musyawarah ,kedisiplinan, kepemimpinan, pendidikan,
pergaulan, dan lain sebagainya.
e. Surah-surah
Madaniyyah berisi hukum-hukum keluarga
mengenai masalah nikah, talak, hadlanah, nafkah dan sebagainya.
F.
Urgensi
Mempelajari dan Mengetahui Makkiyyah dan Madaniyyah
1. Dapat
dijadikan sebagai alat bantu dalam menafsirkan Al-qur’an.
2. Dengan
ilmu al-Makki dan Al-Madani dapat diresapi gaya bahasa Al-qur’an dalam metode bardakwah
menuju jalan Allah.
3. Dengan
Ilmu Al-Makki dan Al-Madani dapat diketengahkan sejarah Nabi saw. dengan cara mengikuti
jejak-langkah beliau dalam berdakwah baik ketika masih berada di Makkah maupun
ketika sudah berada di Madinah.
4. Melalui
al-Makki dan al-Madani dapat diketahui bentuk-bentuk dan manusia menuju jalan yang
benar.
5. Dengan
ilmu al-Makki dan al-Madani dapat diketahui dan dijelaskan tingkat perhatian
kaum mslimin terhadap Al-qur’an, termasuk didalamnya hal-hal yang berkaitan
dengan pengetahuan tentang sejarah pembentukan sesuatu hukum (tarikh
at-tasyri’) sekaligus hikmah pensyariatannya (hikmah al-tasyri) serta fase-fase
pembebanannya (at-tadarruj fi
al-taklif).
6. Dengan
ilmu al-Makki dan al-Madani dapat lebih mudah diketahui ayat-ayat Al-qur’an
yang nasikh dan mansukh, khususnya bila terdapat dua ayat yang menerangkan
mengenai hukum sesuatu masalah, tetapi ketetapan hukumnya tampak bertentangan
antara satu dengan yang lain.
7. Dengan
ilmu al-Makki dan al-Madani dapat diketahui ayat yang lebih dahulu diturunkan
dan ayat yang diturunkan belakangan, dalam kondisi apa dan bagaimana ayat yang
lebih dahulu itu diturunkan, begitu pula sebaliknya, dalam kondisi bagaimana
ayat yang belakangan diturunkan dan atau diterima demikian seterusnya, sehingga
dapat diketahui dengannya mana ayat yang nasikh dan mana yang mansukh.
BAB III
KESIMPULAN
Pengetahuan tentang ayat-ayat Makkah
dan Madinah merupakan bagian yang terpenting dalam ‘Ulum Qur’an. Hal ini bukan
saja merupakan kepentingan kesejarahan melainkan juga untuk memahami dan
menafsirkan ayat-ayat yang bersangkutan.
Sebagaian surat di dalam al-Qur’an berisi ayat-ayat dari
kedua periode tersebut dan dalam beberapa hal muncul perbedaan pendapat dari
kalangan para ulama tentang klasifikasi ayat-ayat tertentu.
Bagaimanapun juga secara keseluruhan
memang sudah berhasil disusun suatu pola pemisahan (pembagian) yang sudah
mapan, dan telah digunakan secara meluas secara ilmu tafsir, dan dijabarkan
dari bukti-bukti internal yang ada dalam teks al-Quran itu sendiri.
Definisi Al-Makiyyah dan Madaniyah
oleh para ahli tafsir meliputi berdasarkan masalah ruang, waktu, konten, dan
subjek.
Karakteristik surat dan ayat-ayat
Al-Qur’an ini terbagi menjadi dua yaitu karakteristik Makkiyahdan karakteristik
Madaniyah.
Adapun kegunaan mempelajari Ilmu ini
antara lain agar dapat membedakan ayat-ayat nasikh dan mansukh, agar dapat
mengetahui sejarah hukum Islam dan tahapan-tahapannya secara umum, mendorong
keyakinan yang kuat, agar mengetahui fase-fase dakwah Islamiyah yang telah
ditempuh oleh Al-Qur’an secaa bertahap, agar dapat mengetahui keadaan
lingkungan, situasi, dan kondisi masyarakat pada waktu turun ayat-ayat
Al-Qur’an, agar mengetahui gaya bahasanya yang berbeda-beda.
Komentar
Posting Komentar